masukkan script iklan disini
Kantin Soto itu setiap
harinya dipenuhi pelanggan karena rasanya yang khas juga harganya paling murah
dibandingkan tempat makan di sekitarnya, hampir tidak ada bangku kosong di
kantin itu selalu saja penuh orang sedang menikmati Soto sambil ngobrol, bahkan
beberapa rela berdiri menunggu antri hingga ada pelanggan yang menyelesaikan
waktu makannya. Pemandangan seperti itu hampir tiap jam dan tiap hari bisa
terlihat di kantin Soto Pak Burhan, bertempat di pinggiran kota Kairo menjadi
alternatif sarapan pagi dan makan siang yang tidak memerlukan budget banyak,
menjadi pilihan para karyawan yang bekerja di sekitar area dan para mahasiswa
terutama dari Indonesia yang lidahnya belum terbiasa makan hidangan khas Turki.
Soto menjadi pilihan di kawasan padat penduduk itu, bukan saja orang Indonesia
namun pelanggan Pak Burhan juga banyak yang asli orang sana yang kepencut
dengan nikmatnya masakan Indonesia.
Pemandangan agak berbeda
pada hari itu, suasana jauh lebih ramai dari biasanya. Setiap hari jumat memang
Pak Burhan hanya buka setengah hari, dari pagi hingga saat sholat Jumat dimulai
Pak Burhan akan menutup kantinnya dan tidak melayani pelanggan di siang dan
sore harinya. Para pelanggan rela berdesakan untuk mendapatkan Soto favoritnya
karena jika sampai siang tidak dapat maka terpaksa harus menunggu Sabtu
pagi keesokan harinya, dan satu hal yang istimewa adalah setiap Hari Jumat Pak
Burhan memberikan soto kepada semua pelanggannya masing-masing 1 porsi tanpa
harus membayar, alias gratis.. Ya gratis..
Pak Burhan memang seorang
pedagang yang dermawan, sebagai seorang perantau yang jauh di negeri orang ia
ingin membantu orang lain di sana, salah satu hal yang rutin dilakukan oleh Pak
Burhan bersedekah. Setiap hari Jumat Pak Burhan menyedekahkan semua soto kepada
semua pelanggannya, dan hampir di setiap hari Jumat Pak Burhan mempunyai
cerita-cerita unik ada yang lucu juga ada yang memotivasi. Ini adalah salah
satu contoh cerita yang terjadi di kantin Soto Pak Burhan, yang bisa kita petik
pelajaran tentang orang kaya dan miskin, ternyata berhubungan dengan mental
kaya dan mental miskin. Bagaimana bisa, simak saja ceritanya berikut ini.
Suatu pagi di hari Jumat
seperti biasanya nampak Pak Burhan melayani pelanggan, karena hari Jumat maka
semua pelanggan tidak membayar alias gratis. Datang seorang pengusaha untuk
makam Soto di tempat Pak Burhan, tak lama kemudian datang juga seorang
mahasiswa, dilihat dari gerak geriknya nampaknya si pengusaha dan mahasiswa
itu baru pertama kalinya datang di kantin Soto Pak Burhan. Tanpa pandang
bulu Pak Burhan melayani semua pelanggan tanpa membedakan dari kalangan atas
sampai kalangan bawah, semua dengan ramah dilayani dan berhubung hari itu Jumat
maka semua juga diberi satu porsi Soto Gratis. Begitu juga dengan pengusaha dan
mahasiswa itu mendapatkam satu porsi aoto gratis, lantas apa hubungannya dengan
judul artikel tentang mental miskin dan kaya?
Hal ini diketahui dengan
apa yang terjadi dengan hari jumat berikutnya, kedua orang tersebut mahasiswa
dan pengusaha datang lagi di soto Pak Burhan, tapi ada yang menarik dengan
kedatangan keduanya, mahasiswa datang ke soto Pak Burhan dengan membawa sebuah
bingkisan kecil yang diberikannya kepada Pak Burhan, bingkisan itu berisi
sebuah sajadah baru yang dikirimkan oleh orangtua mahasiswa itu untuk Pak
Burhan, orangtua mahasiswa itu terinspirasi dengan sikap Pak Burhan yang
memiliki jiwa sosial tinggi dan mahasiswa itupun terbuka hatinya untuk
mencontoh Pak Burhan dengan belajar untuk mempunyai sifat suka memberi. Tentu
sifat memberi hanya dimiliki oleh orang-orang yang mempunyai mental kaya, dan
mental ini yang mahasiswa itu dapatkan setelah mendapatkan inspirasi dari Pak
Burhan. Sementara hal lain terjadi dengan pengusaha, pengusaha itu datang
dengan istri dan 3 orang anaknya beserta sopir juga 2 pembantunya, sambil dia
makan terus saja dia bergumam dan mengatakan kepada keluarganya mumpung gratis
dan besok hari jumat berencana balik lagi ke kantin soto Pak Burhan, lumayan
gratis katanya.
Ya begitulah dua orang
yang bisa kita ambil pelajaran betapa orang yang hidup sederhana bisa saja
bermental kaya karena mempunyai sifat pemberi dan mempunyai komitmen untuk
memberikan manfaat bagi orang-orang di sekitarnya, kita lihat sosok Pak Burhan
yang mampu menginspirasi mahasiswa untuk selalu berbagi tanpa
harus menunggu menjadi kaya. Sementara hal lain kita lihat dari seorang
pengusaha itu yang sebenarnya hidupnya sudah berkecukupan, sudah mapan dari
segi ekonomi namun ternyata kekayaannya belum mampu membuat mentalnya ikut
kaya, dia masih ingin menerima bukannya memberi, padahal sudah mampu sehingga
bisa disimpulkan bahwa dia masih bermental miskin. Jadi sekali lagi marilah
kita untuk menjaga hati ini membangun jiwa sebagai pemberi jangan mau bermental
miskin, sebaliknya kita harus bermental kaya !